Halaman

Sabtu, 06 Agustus 2011

KAKTUS


Hobi baru saya sebulan terakhir, merawat kaktus. Salah...kaktus tidak perlu banyak perawatan, jadi bukan merawat kaktus, tapi memandangi kaktus lebih tepatnya. Kaktus pertamaku, belum kuberi nama hingga saat ini, panggilan untuknya adalah kaktus pertamaku. Hahahhaaa,....

Sebenarnya bukan tanpa sebab ketika saya tiba-tiba menjadi seorang pengagum kaktus. Sudah sejak lama, sejak SMP dulu mungkin, atau bahkan SD, saya sering berdiam diri di samping tanaman kaktus raksasaku, di samping kamar mandi rumah. Pada awalnya tidak secara sengaja saya sering berada di tempat itu. Tiga kali seminggu saya melakukan ritual "mencuci" di sebelah tanaman kaktus raksasa itu. Pada awalnya tidak ada chemistry apa pun antara aku dan dia. (hahahhaahahhaa). Tapi karena ketika mencuci mau tidak mau kita harus melamun dan melihat2 apa yang ada di sekitar kita, dan di tempat itu satu-satunya sesuatu yang hidup dan terlihat adalah pohon kaktus, maka mau tak mau aku harus berteman dengannya.

Mengapa kaktus?
Karena di tempatku kala itu, hanya kaktus lah tanaman yang mungkin bisa tahan lama dengan kekeringan tanah di tempat kelahiranku. (jika musim kemarau). Jadi kaktus raksasa itu semacam penyelamat kekeringan dan kekosongan tanah di rumahku kala itu. Hohhooohoo, tidak perlu munafik, kala itu desaku benar2 kering ketika kemarau datang. Air yang merupakan sumber kehidupan manusia merupakan barang langka, barang mahal tepatnya. Bagaimana tidak, untuk minum pun orang-orang di desaku harus membeli dengan harga tidak murah, kami pada saat itu harus rela mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk menukarnya dengan air yang dibawa oleh tangki2 air dan entah bagaimana kualitas airnya pada saat itu. saya kurang paham, tapi yang pernah saya dengar adalah seseorang pernah membeli air tangki itu dengan hadiah gumpalan kuning2 yang terapung di atasnya. (tapi beruntung keluarga saya tidak pernah mengalami kejadian macam ini). Padahal kalian tahu?? Orang2 di desa kami untuk makan, untuk beli beras pun banyak yang kekurangan. Apalagi untuk atribut2 lain!!
Hohohohooo, tidak perlu dibayangkan dan dirasakan!! Hidup memang tidak semudah mati. (Uppsss) Jadi siapa pun kalian bersyukurlah dengan keadaan kalian saat ini, banyak saudara2 kita di luar sana yang lebih menderita dari kita saat ini. Coba kalian bayangkan, kalian akumulasikan masalah2 kalian yang sering membuat kalian galau dan meracau?? (paling2 juga masalah pacar, masalah cinta) Hohohoohoo, (kalian dalam hal ini termasuk penulisnya sendiri lho ya, wkwkwkkwkkw)

Oke, kembali lagi pada kaktus. Ibuk saya yang tercinta, adalah seorang yang menyukai tanaman2. Tapi dengan adanya keadaan yang sudah saya sebutkan di atas, sepertinya Ibuk terkendala dengan hobinya...maka untuk tetap menuruti hasratnya bercocok tanam, maka Ibuk pun menanam kaktus. Nahhh, itu lah mengapa saya sering berkomunikasi dengan kaktus, karena memang tidak ada pilihannya!!

Kaktus terbaikku pada saat itu adalah kaktus di samping kamar mandi rumahku. Ukurannya besar dan pada saat itu saya sama sekali tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang cukup indah. Hanya saja, saya sering memandanginya, karena memang tidak ada pilihan untuk memandang hal lain. :D
Tapi kala itu, setiap kali saya punya banyak hal untuk diceritakan, kaktus raksasa itulah yang setia mendengarku, setia di setiap saat saya membutuhkan. kaktus itulah yang membawaku ke dalam rasa aman, dan nyaman. Saya tidak menyadarinya hingga saya merantau ke negeri orang. Ketika saya pulang, kaktus itu sudah tidak ada lagi. Ditebang kata simbahku!! Sudah tua dan terlalu besar, akarnya merusak tembok2 di sekitarnya. Entah logis atau tidak, yang jelas kaktus itu sudah tidak ada lagi pada tempatnya yang dulu. Dan saya pun menyadari kecintaan saya padanya pun belum lama setelah saya benar2 jauh secara fisik dengannya.

Kaktus, meskipun tidak secantik tanaman2 yang mampu berbunga2 indah, tapi kaktus tanaman yang mandiri. Dia tidak pernah menuntut banyak dari sang pemilik, tapi dia dengan tulus mau memberikan kehijauannya, kedamaiannya untuk siapa pun yang melihat. Dia berduri memang, tapi bukankah itu menunjukkan kemandiriannya lagi??Dia tidak membutuhkan satpam untuk melindunginya, tapi ia mampu menjaga keamanan bagi dirinya....

Kaktus, terkadang saya berpikir, saya merasa banyak kesamaan dengan kaktus. Mungkin karena dulu saya banyak berproses dengannya...hohohohoohooo

Well, kesimpulannya sekarang saya punya sebuah kaktus yang saya beli dengan harga 15.000 beserta rumah kecilnya....Kaktus pertamaku setelah kaktus raksasa, semoga kamu aman bersama icak.



PS : Mungkin dalam kehidupan selanjutnya, akan ada kaktus pertama, kedua, ketiga, keempat dan seterusnya....Tapi kaktus raksasa hanya akan satu!!

Minggu, 03 Juli 2011

nemu lagi, akhirnya

Oke...
akhirnya setelah berpisah hampir setahun, ketemu juga password nya...maksudnya kesampean lg mood nyoret2 di blog!!hahhahahhaaa

so many things happen, jelass, namanya juga orang hidup!!
mau ga mau, suka ga suka, saya sekarang adalah seorang wanita berusia 20 tahun yang menjalani kehidupan kuliah sebagai seorang mbak2 kkn. Oke, ini ga penting! tapi sekitar 12 tahunan yang lalu saya melihat mahasiswa KKN adalah seorang yang keren, dewasa, pinter, dan berguna untuk masyarakat. Tapi pada akhirnya, sekarang ketika mengalami sendiri kesimpulanku 12 tahun lalu adalah salah.

Icak, masih saja menjadi sesosok manusia labil yang memiliki hobi memimpikan seorang pangeran berkuda putih yang datang menjemputku dengan mengenggam sepotong pisang goreng. Ngawur!!
okelah, lupakan saja tentang persepsi saya mengenai mahasiswa KKN, toh KKN nya juga belum mulai banget, ga ada mahasiswa yang ga lulus KKN (aduhh, tapi poinnya bukan ini mbak)
Berdoa saja, semoga persepsi saya 12 tahun yang lalu bisa terbukti, toh saya juga tidak terlalu bodoh, hanya saja memang terkadang sedikit naive dan innnocent...(padahal inosen ki polos dan sedikit bermakna lugu yang berarti juga bodoh) ahh, terserah lahh, ini saya dan kehidupan saya...hidup ini tidak hanya sebatas persepsi tentang KKN icak!

untuk saat ini, saya sedikit blank, sedikit bingung dengan apa yang akan saya tulis (mungkin ini efek berjam-jam nyampah di depan laptop dan modem gratisan dengan badan sedikit beraroma aneh karena seharian blm mandi)...hahahahhaaaa, dan mungkin juga efek berjam-jam beralih profesi menjadi seorang penguntit..

Upsss, yap, ngomong2 soal nguntit ya, hampir 6 bulan saya putus dengan pacar pertama saya....hohohohoo, kok lama2 jadi vulgar gini yak? Setelah saya menjalin hubungan dengan seseorang, yang namanya jangan disebut, selama tiga bulan (kurang 4 hari tepatnya), akhirnya hubungan pacaran itu berakhir...Hohooho, sedikit kekanak-kanakan memang, semuanya terjadi secara spontan dan sedikit fenomenal (untuk kehidupan saya). Setelah putus, sama seperti ababil kebanyakan, banyak mewek dan banyak mengkonsumsi lagu2 melankolis. Tapi saya sedikit memaklumi keadaan gadis ababil saat itu, wajar lah, namanya juga pacar pertama, pacarannya belum genap tiga bulan lagi. Ibarat anak kecil yang belum puas dengan mainan barunya, tiba2 mainannya hilang, ya jelas nangis2!

Keputusan saya untuk pacaran kala itu memang sedikit spontan dan grusa grusu, untuk ukuran cewek kebanyakan, umur hampir 20 tahun normalnya ia sudah mengalami gonta ganti pacar selama sekian kali (astagabaya). Tapi untuk kehidupan saya, saya sedikit memiliki impian untuk memiliki pacar sekali seumur hidup saja karena setelah mendengar pengakuan dari beberapa kolega dan klien, memiliki mantan pacar adalah sesuatu yang sangat menyeramkan. Mulai lah saya bermimpi untuk memiliki pacar sekali seumur hidup saja. Oke, kembali kepada alur cerita. Namun di sisi lain kebanyakan dari teman dekat saya saat itu memiliki kimcilnya masing2. Dan untuk malam-malam tertentu ternyata saya merasa sedikit kesepian karena beban hidup saya ternyata belum cukup membantu saya untuk menghindari waktu luang. Pada akhirnya seseorang datang dengan membawa sepotong kisahnya tentang hidup. Hmmmpphh, and the story begins, mulai dari awal, saya banyak berdoa semoga dia lah sang pembawa cerita, semoga dia lah pangeran berkuda putih yang membawa pasangan sepatu saya yang hilang....(haaaaa, mulai meracau)

Tapi semesta memiliki cerita yang berbeda dengan doa saya, sementara semesta sedikit cemburu ketika hidup saya harus terbagi untuk mencintai manusia yang notabene dia bukan siapa2 saya...hohoohooooho, semesta masih saja merasa begitu berhak untuk memilikiku sepenuhnya...dan memang seperti itu hukumnya!
Oke, kearogansianku terkadang memang begitu sangat berkuasa...

Tapi cerita itu tidak hanya sekedar bahan tertawaanku ketika aku sadar aku adalah manusia. Banyak hal yang akhirnya kusadari setelah aku melewati alur itu. Hohohooo, sedikit ada bekal untuk mempelajari diri sendiri. Dan mau tidak mau, ya berterimakasihlah pada sang maha pencerita maupun sang pembawa alur. Kemungkinan memetik alur baru selalu tersedia. Semesta selalu memberikan tanda ketika kamu menyadari keberadaannya.

Ahhh, sejak kapan saya mulai meracau, okelah blog baruku yang berbulan-bulan hilang, selamat mendampingi icak menemukan dirinya!!